Monday, March 22, 2010

Belajar Dari Sopir Angkutan Umum

Aku adalah penumpang bus dan atau angkutan kota sejati. Ke mana pun pergi, pasti naik angkutan umum. Kecuali ada teman yang berbaik hati memberi tumpangan atau lagi ada uang lebih buat naik taksi...hehe. Selain seorang penumpang angkutan umum sejati, tak jarang aku juga jadi 'pendengar' setia obrolan mereka (sesama sopir angkot dan kondekturnya-red) saat menunggu angkutan penuh. Memang sih, terkadang kuping jadi panas sendiri kalau mereka lagi ngobrolin 'yang enggak-enggak'. Tapi gak jarang juga merasa terharu, miris, bahkan kepingin nangis mendengar keluh kesah mereka tentang betapa sepinya penumpang hari ini. Tentang harga bensin dan biaya hidup yang gak murah sementara pendapatan mereka dari hasil narik tiap harinya juga gak pasti. Entah akunya yang terlalu sensitif atau apa, tapi aku selalu gak tahan dengan hal-hal kayak gitu. Belum lagi jika aku tau angkutan udah lama menunggu penumpang tapi tak kunjung dapat, terus dia belok ke pom bensin buat isi bensin sementara penumpang daritadi cuma satu-dua orang.

Hal-hal di atas membuka mataku tentang betapa beratnya hidup ini. Betapa beratnya hidup sebagai mereka. Aku yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja tapi mempunyai pekerjaan yang alhamdulillah bagus ini terkadang jadi malu sendiri karena aku sering sekali membuang-buang uang buat hal-hal yang kurang penting. Uang yang bagi mereka ini sangat berharga. Bisa dipakai untuk makan satu keluarga, bisa dipakai buat membiayai sekolah anak-anak mereka. Tapi apa yang kulakukan? Bahkan uang yang aku pun sadar begitu sulit kudapatkan ini kubuang-buang begitu saja. Demi menuruti gaya hidupku yang boros ini.

Berkat 'mendengar' secara langsung keluh kesah para sopir angkutan umum ini, aku jadi terinspirasi untuk merubah gaya hidup. Mulai sekarang alangkah baiknya mulai belajar hidup sederhana. Dan berhemat. Dan menabung. Demi masa depan. Demi keluarga, demi anak cucu di masa mendatang. Aku gak mau mereka berakhir di jalanan. Apalagi kondisi negara masih sulit. Harus pandai-pandai mengatur keuangan. Dan semua itu berawal dari gaya hidup diri sendiri. Jadi, mari mulai dari sekarang. Yuk teman-teman, mari kita ambil pelajaran dari para sopir angkutan umum itu. Mari mulai belajar hidup prihatin.

Sent using a Sony Ericsson mobile phone

No comments: