My best friend's wedding
Melihat para sahabat satu per satu melepas masa lajang membuatku bagai kebakaran jenggot!!! Hmm... Mulai sekarang bakal gak bisa bebas pergi bareng mereka deh. Kan musti ada perijinan dari suaminya dulu. Hufft...ribet! Tapi ya sudahlah ya, aku bahagia kok melihat mereka menikah. Meski tidak munafik juga kalau aku jadi merasa kehilangan dan iri tentunya! Huhu... (Boleh donk berlomba-lomba dalam kebaikan)
Tuhan...aku juga ingin cepat menikah. Tapi...di saat yang bersamaan, kalau dipikir secara mendalam, aku yang notabene masih suka bersenang-senang, pergi kesana-kemari menghamburkan uang, dan super duper (manis) manja ini apa benar ya sudah siap hidup berumah tangga? Tak bisa kubayangkan bagaimana rasanya mendadak hidup serba terbatas (oleh restu suami) begitu. Harus meladeni suami padahal sehari-harinya terbiasa diladenin. Belum lagi jika membayangkan gimana rasanya tiap hari tiap saat bertemu dengan orang sama dan menghabiskan sisa usia hanya dengan dia saja! Aku pernah menanyakan hal ini pada seorang teman kantorku yang sudah menikah dan dia bilang, "Mana mungkin bosan? Kan dia suamiku, orang yang kucintai." Oh okey, kalau sudah menyangkut cinta mah emang susah dijelaskan dan emang gak bisa dicampur dengan logika.
Dengan adanya semua pemikiran dan pertanyaan seperti itu di kepalaku, kadang terpikirkan olehku, mungkinkah keinginanku untuk menikah ini hanya emosi belaka? Hanya euforia semata? Hmm...aku tidak bisa menjawabnya. Aku hanya berharap aku akan menikah dengan jodoh terbaik yang telah dipilihkan-Nya untukku yang kucintai, mencintai aku dan keluargaku apa adanya (kok jadi kayak lagu sih). Sekian.
No comments:
Post a Comment