Untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan selalu diantar kakakku tercinta ketika berangkat ke kantor, pagi ini dan pagi-pagi berikutnya aku harus berangkat sendiri menggunakan bus (secara gak bisa naik motor apalagi nyetir mobil, lagian mobil dari mana?). Aku menaiki bus yang melewati kampusku tercinta, Undip. Dan ketika melewati daerah kampus, aku melihat banyak sekali muda-mudi yang berkerumun di gerbang kampus. Rupanya mereka adalah para calon mahasiswa dan mahasiswi yang tengah berdiri dengan nervous menanti saat-saat ujian masuk universitas (aku lupa apa istilahnya sekarang, singkatannya sulit diingat otakku yang kecil ini).
Melihat kerumunan anak-anak tanggung itu, aku jadi ingat masa-masa ketika aku berada pada posisi mereka sekarang. Seorang gadis muda yang baru lulus SMA berdiri dengan canggung di kampus Sastra Undip, kebingungan. Bukan karena apa, tapi karena saat itu aku belum tau di mana ruang ujianku, huhu... Oya perlu diketahui bahwa aku tidak pernah dan mungkin sudah tidak akan pernah bisa yang namanya ikutan SPMB (istilah lamanya). Tidak pernah ikut karena dulu aku langsung memilih masuk D3 Bahasa Jepang tanpa punya niatan mencoba mendaftar di fakultas atau jurusan lain. Lagian di Undip belum ada S1 Sastra Jepang. Tidak akan pernah bisa ikut karena udah lewat juga masanya. Kalau aku gak salah ingat maksimal ikut SPMB adalah tiga atau empat tahun setelah lulus SMA. Sekarang udah nyaris lima tahun dari masa itu. Kalau dipikir-pikir agak menyesal juga sih. Aku jadi gak merasakan gegap gempitanya SPMB. Mulai dari deg-degan-nya mengikuti ujian sampai deg-degan-nya menanti pengumuman. Tapi ya sudahlah, tak mengapa... Toh mengikuti ujian masuk D3 juga tak kalah menegangkannya, hehe...
Btw, sebagaimana telah kuuraikan di atas, aku tidak pernah ikut SPMB jadi aku tidak tahu bagaimana bedanya dengan ujian masuk D3. Aku cukup takjub melihat banyak pak polisi bertengger (istilah yang lebih bagusnya apa yah?) di sepanjang jalanan kampus. Emangnya ujian masuk universitas segitu hebohnya ya sampai harus dijaga ketat oleh banyak polisi begitu? Baru tahu aku...
Melihat kerumunan anak-anak tanggung itu, aku jadi ingat masa-masa ketika aku berada pada posisi mereka sekarang. Seorang gadis muda yang baru lulus SMA berdiri dengan canggung di kampus Sastra Undip, kebingungan. Bukan karena apa, tapi karena saat itu aku belum tau di mana ruang ujianku, huhu... Oya perlu diketahui bahwa aku tidak pernah dan mungkin sudah tidak akan pernah bisa yang namanya ikutan SPMB (istilah lamanya). Tidak pernah ikut karena dulu aku langsung memilih masuk D3 Bahasa Jepang tanpa punya niatan mencoba mendaftar di fakultas atau jurusan lain. Lagian di Undip belum ada S1 Sastra Jepang. Tidak akan pernah bisa ikut karena udah lewat juga masanya. Kalau aku gak salah ingat maksimal ikut SPMB adalah tiga atau empat tahun setelah lulus SMA. Sekarang udah nyaris lima tahun dari masa itu. Kalau dipikir-pikir agak menyesal juga sih. Aku jadi gak merasakan gegap gempitanya SPMB. Mulai dari deg-degan-nya mengikuti ujian sampai deg-degan-nya menanti pengumuman. Tapi ya sudahlah, tak mengapa... Toh mengikuti ujian masuk D3 juga tak kalah menegangkannya, hehe...
Btw, sebagaimana telah kuuraikan di atas, aku tidak pernah ikut SPMB jadi aku tidak tahu bagaimana bedanya dengan ujian masuk D3. Aku cukup takjub melihat banyak pak polisi bertengger (istilah yang lebih bagusnya apa yah?) di sepanjang jalanan kampus. Emangnya ujian masuk universitas segitu hebohnya ya sampai harus dijaga ketat oleh banyak polisi begitu? Baru tahu aku...
No comments:
Post a Comment